DINGIN !!! Itu mungkin kata yang terlintas pertama kali di benak saya ketika fajar menyingsing di Merbabu. tebalnya lemak di tubuh ini, dekapan jaket yang kupakai, tidak terasa sama sekali. dingin, benar-benar dingin ! namun apapun itu, selamat pagi wahai manusia !
pagi itu ada yang sedikit berubah. pada awalnya, kami berencana untuk menuju puncak merbabu pada pukul 03.00 pagi. namun dikarenakan dinginnya cuaca, lelahnya tubuh, dan nikmatnya sensasi tidur, akhirnya rencana itu gagal. total. pada pukul 04.30 kami dibangunkan oleh ketua regu kami. walaupun fajar mulai nampak dari kejauhan, namun rasa dingin ini masih setia menyelimuti tubuh kami. dan kamipun bergegas untuk berkumpul di luar tenda untuk melakukan persiapan menuju puncak merbabu.
seperti biasa, semua keperluan menuju puncak (atau bahasa kerennya ‘Summit Attack’) mulai dipersiapkan. barang-barang yang dibawa menuju puncak hanya seperlunya saja, tidak semua. sebagian besar barang-barang yang berat kami tinggal di tenda. karena membawa barang-barang tersebut ke puncak hanya akan menyulitkan perjalanan, dan buang-buang tenaga. sia-sia. akhirnya yang kami bawa hanyalah perbekalan yang cukup, senter, dengan keperluan P3K.
pukul 5.00 semua perlengkapan sudah siap. kamipun berkumpul, melingkar, untuk berdoa bersama sebelum melakukan ‘Summit Attack’. setelah selesai, kamipun langsung bergegas untuk memulai perjalanan menuju puncak Merbabu. Puncak yang akan kami taklukkan pada waktu itu adalah puncak Syarif. sesungguhnya terdapat banyak puncak yang bisa ditaklukkan di Merbabu, namun sepertinya ketua regu kami memutuskan untuk memilih puncak Syarif, mengingat letaknya yang tidak terlalu jauh daripada puncak-puncak lainnya.
Bersiap-Siap Summit Attack !
pada awalnya kami berjalan melewati jalan setapak yang dipenuhi semak belukar di tiap sisinya. hingga tidak lama kemudian ada salah satu rekan kami yang merasa tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, ia pun memutuskan untuk kembali menuju tenda untuk beristirahat. hmmm… sangat disayangkan, tapi tak apalah, itu demi kebaikan dia juga.
perjalanan terus berlangsung, matahari mulai tak malu menampakkan kebesarannya. jalan yang dilalui pun juga masih sama, jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. tak lama kemudian, trek mulai berbeda. jalan setapak mulai mengecil, dan tampak jelas di sebelah kanan kami terdapat jurang yang dalamnya bukan main. seperti yang diucapkan Genta pada film 5 cm, kewaspadaan dan kedisiplinan yang bisa membuat kita selamat menuju puncak.
awas, Jurang !
akhirnya kusadari jika jalur yang kita lewati ini adalah jalur yang sangat jarang digunakan oleh pendaki lainnya. karena sepanjang perjalanan kami tidak menemukan seseorangpun yang melintasi jalur ini. bahkan ketua regu pun sesekali harus berjuang untuk membuka jalur pendakian yang mulai tertutup pepohonan atau semak belukar. “Hmm.. oke, adrenalinku mulai diuji disini”.
Menyusuri Pipa Air
beratnya medan membuat beberapa dari kami kelelahan, hingga akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak saat rasa lelah itu mulai muncul. di sela-sela peristirahatan itu, aku melihat pipa paralon yang menyalurkan air sepanjang jalur yang kami lewati. disamping itu, ketika aku melihat ke samping, di seberang jurang, terdapat gunung yang menjulang tinggi dengan sangat indahnya. hingga membuatku berkhayal tentang bagaimana indahnya pemandangan di puncak merbabu nanti.
lelah mulai hilang, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. trek yang dilalui tidak seberat saat pendakian tadi malam. banyak terdapat jalur landai, bahkan juga turunan, ditambah lagi , karena dipenuhi semak belukar sehingga tidak terdapat debu. “Oke, ini mudah !”, pikirku.
2 jam sudah berlalu. menurut informasi yang saya peroleh di internet, perjalanan dari camp menuju puncak memakan waktu paling lama 3 jam. sehingga aku berfikir perjalanan ini akan segera usai. namun puncak gunung masih saja belum tampak dari pandanganku. ini aneh, seharusnya ini sudah dekat dengan puncak. tapi yang kami lihat hanya semak belukan dan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar kami. dimana kami sebenarnya? bahkan aku sempat bergumam “Ini ketua regunya udah pernah ke puncak merbabu belum sih ? kok nggak sampe-sampe ?”. walaupun hanya bercanda, tapi ini juga mengkhawatirkan. imajinasiku akan puncak gunung merbabu hampir sirna waktu itu.
Nice Scenery
3 JAM BERLALU. masih belum tampak puncak di kejauhan. bahkan ada yang membuatku terkejut di situ. kami harus menaiki trek yang cukup terjal, kurang lebih 75 derajat. sehingga kami harus memanjat layaknya wall climbing. keraguan terlintas di benakku, “Bisa nggak ya?”. rasa pesimis terus permainkan fikiranku. huh. tapi sekali lagi, sudah sejauh ini, tidak ada kata mundur, aku harus terus maju. untaian tangan dan kata teman-temanku semakin meyakinkan diriku bahwa Aku BISA ! oke, akhirnya tiba giliranku memanjat. di atas sudah ada temanku yang menguntaikan tangannya untuk membantuku menaiki trek tersebut. “Dia kuat narik aku nggak ya?”, itu yang terlintas di pikiranku. maklum, berat badanku (sedikit) lebih banyak ketimbang orang-orang normal. namun Subhanallah, aku BISA ! HAHA. puas sekali.
Terjal !
setelah trek ‘jahanam’ itu, masih banyak lagi trek-trek yang menantang. kami harus bergantian untuk menolong lainnya baik dengan menguntaikan tangan, mendorong dari belakang, serta dengan celetukan yang melepaskan gelak tawa :D, dan itu yang kami lakukan 1 jam ke depan. sempat beberapa kali aku menoleh ke belakang, dan aku baru sadar bahwa aku telah berdiri di atas awan! WOW! ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. sensasi melihat ‘samudra’ di atas awan merupakan mukjizat tersendiri bagi saya. betapa indahnya Kuasa Tuhan ~
4 jam berlalu, pemandangan pun mulai berganti. yang tadinya semak-semak dan pohon, berubah menjadi rerumputan yang menjulang tinggi. dan kini sudah nampak jelas dimana sebenarnya Puncak Gunung Merbabu itu berada. kami pun memutuskan untuk melepaskan rasa lelah kami sambil mengabadikan momen dengan sebuah kamera. mata ini seolah tak lelah-lelahnya menikmati indahnya ciptaan Tuhan. subhanallah !
Subhanallah …
setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. tidak lama sampailah kami di sebuah tempat seperti buki kecil. disitu terpampang sebuah plakat yang bertuliskan “Puncak Janagiri”. hmmm… nama itu belum pernah aku dengar sebelumnya. karena memang tempat itu pertama kali ditemukan oleh mahasiswa Univ. Janabadra, sehingga nama “Jana” disematkan disitu.
namun itu bukanlah puncak tertinggi dari Merbabu, di atas puncak masih ada puncak kawan! namun karena rasa lelah masih menggerogoti raga kami, hingga kami memutuskan untuk beristirahat di tempat itu. ada yang makan, ada yang minum, ada yang berfoto ria, ada pula yang buang air kecil (saya). di tempat itu kami membunuh rasa lelah bersama.
Janagiri, yeah !
oke, setelah beristirahat cukup lama, kami mulai untuk melanjutkan perjalanan. tak jauh dari situ, terdapat sebuah tempat yang landai dan cukup luas. di situlah jalan masuk menuju ke puncak Syarif dan Puncak Klentheng Songo. kami berhenti sejenak di situ. ada suatu dilema yang terjadi di situ, yaitu untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, atau untuk turun kembali ke tenda. mengingat waktu itu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. panas dan terik. badanku ini serasa sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan perjalanan. hingga akhirnya aku bersama beberapa teman yang lain memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. namun ada pula yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. hingga kami memutuskan untuk berpisah di tempat itu.
oke, setelah memutuskan untuk turun, kami pun menyusuri jalur yang biasa disebut sebagai “Jembatan Setan”. ngeri ? ya, hanya namanya saja yang ngeri, namun kenyataannya itu hanyalah jalur yang dipenuhi debu di sekitarnya. namun jika kita menengok ke arah kanan, ada sabana yang sangat luas dan indah. sangat indah ! layaknya pemandangan yang ada di negeri dongeng pikirku .
Negeri Dongeng di Merbabu
oke, perjalanan masih berlanjut. sepanjang perjalanan, yang ditemui adalah debu yang berterbangan dimana-mana. masker menjadi atribut yang wajib dipakai jika tidak menginginkan kejadian buruk terjadi pada pernafasan anda. selain itu, sering kali kami bertemu dengan para pendaki lain yang baru saja turun dari puncak merbabu. bertegur sapa kepada mereka memberikan satu sensasi yang luar biasa bagi saya. entah mengapa, yang jelas ada kehangatan dan lecutan semangat dari wajah mereka. menurut saya.
sekitar 45 menit berlalu, setelah berjatuh bangun di menuruni gunung, akhirnya tenda pun telah nampak dari kejauhan. kucepatkan langkahku supaya bisa segera merebahkan badanku di tenda itu untuk melepas segala kelelahan yang saya alami ini. sampai di tenda pun kami segera beristirahat, bersandar, serta membersihkan diri dari semua debu yang menempel pada tubuh ini, sembari menunggu teman lain yang sedang berjuang menuju puncak syarif.
makan. yah, makan. sejak pagi perut ini belum terisi apa-apa. segera kami memasak mie instant yang tersedia di tenda, tak lupa dengan minuman hangat yang menambah nikmatnya waktu itu. tak sadar sudah banyak mie instan yang kami lahap, hingga perut ini tak mampu lagi menampung.
sampah berserakan dimana-mana waktu itu, sehingga kami memutuskan untuk membersihkannya. sampah seperti bungkus mie instant, kopi, roti, dan sebagainya tak luput dari penglihatan kami. kami kumpulkan sampah itu menjadi satu, untuk nantinya bisa dibawa turun ke bawah. karena membuang sampah di gunung merupakan hal yang sangat tidak terpuji.
1 jam sudah kami beristirahat. teman-teman yang baru saja menyelesaikan misi mereka menuju Puncak Syarif pun mulai sampai di tenda. raut wajah kelelahan sangat nampak dari wajah mereka. ya, tentu saja, namanya saja baru melakukan perjalanan menuju puncak gunung. seperti kami, mereka pun segera merebahkan tubuh mereka di sekitar tenda untuk melepas lelah.
saat waktu menunjukkan pukul 15.00, kami memutuskan untuk persiapan pulang. semua sampah yang berserakan dibersihkan dan dikumpulkan, tenda dirubuhkan dan disusun kembali ke dalam tas, matras, sleeping bag juga ikut dirapikan. perbekalan juga disiapkan guna perjalanan pulang, hingga tempat perkemahan itu nampak seperti sedia kala. semua peralatan pun juga disusun kembali ke dalam carrier bag untuk bisa dibawa pulang. hingga akhirnya pukul 16.00 semua barang sudah siap, dan kami pun siap untuk melaksanakan perjalanan pulang.
Bersiap Pulang
setelah berdoa, kami pun langsung bergegas menyusuri kembali jalan yang kami lalui semalam. kami berharap untuk bisa sampai di basecamp bawah tepat saat adzan maghrib menggema, sehingga langkah demi langkah kami percepat. walaupun saat itu adalah salah satu dari kami yang kakinya cedera, yaitu sang ketua regu. namun itu tidak terlalu menghambat perjalanan kami (setidaknya tidak lebih menghambat daripada saya dalam perjalanan naik) dan benar saja, pukul 18.00 kami sudah hampir sampai basecamp. sudah nampak di kejauhan rumah-rumah warga. hingga akhirnya pukul 19.00 saya berhasil menginjakkan kaki kembali di basecamp bawah. ‘Alhamdulillah’, kataku.
setelah beristirahat cukup lama, dan mempersiapkan segala keperluan untuk perjalanan pulang, akhirnya pukul 20.00 kami meluncur dari basecamp untuk kembali ke Jogjakarta tercinta. dengan mata terkantuk-kantuk, malam yang mencekam, serta dingin yang mengancam, kami lalui jalanan Magelang-Jogjakarta. sempat beberapa kali, karena mengantuk, sebagian dari kami berhalusinasi yang macam-macam. bahkan ada moment ketika ku tertidur sejenak saat mengendarai motor. tapi untunglah kami berhasil sampai di kampus tercinta dengan sehat dan selamat. alhamdulillah~
yah, perjalanan mendaki gunung akan membuat Anda lebih mengerti tentang siapa sebenarnya diri Anda. betapa kecil dan lemahnya anda di dunia ini, hanya karunia Tuhan yang membuat Anda masih bisa berdiri dengan tegak di dunia sampai saat ini.
dilarang membunuh apapun kecuali waktu, dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak, dan dilarang mengambil apapun kecuali gambar 😀 ~terima kasih~
cc: Rizal, Sholeh, Hadi, Angga, Budi, Ari, Adit, Galuh, Norma, Berlinda, Nuke, Fasih, Lala, Puspa, Mbak Yulia, Mbak Inayah
oleh-oleh :
Samudera di atas Langit
Mentari Pagi Merbabu
Puncak Syarif
Me, with my bloated face