Kenapa Skripsi (?)

skripsi , entah apa arti yang sesungguhnya. yang jelas setahu saya, untuk memperoleh gelar sarjana S1, kita harus dihadapkan dengan ini. skripsi.

~skripsi adalah istilah yang digunakan untuk mengilustrasikan sebuah karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku (wikipedia.com)~

skripsi identik dengan sebuah penelitian, yang nanti hasil dari penelitian itu bisa dianalisa dan diolah untuk dipresentasikan nantinya kepada dosen pembimbing. nah, untuk penelitian ini biasanya sudah bisa dimulai pada semester 6/7 untuk mahasiswa normal, atau semester 9-12 untuk mahasiswa abnormal. itulah yang sekarang sedang menjadi polemik di pikiran saya. yah, karena saya saat ini adalah seorang mahasiswa semester 7. mau tidak mau skripsi harus sudah siap untuk dimulai, walaupun hanya berupa NIAT! minimal NIAT!

bukan masalah penelitiannya, atau dosen pembimbingnya, atau metode penelitiannya, tapi masalah judulnya. sudah banyak sebenarnya judul yang terlintas di benak saya, tapi melihat sangat ketatnya seleksi alam untuk judul skripsi angkatan saya, saya jadi ragu untuk mengajukan judul yang saya punya. bahkan saya juga dengar kalau ada salah satu teman yang berusaha mengajukan judulnya, namun hasil akhirnya tragis ! anda tahu ?? konsep yang sudah ia tuangkan ke dalam beberapa carik kertas dihamburkan begitu saja oleh dosen yang bertanggung jawab terhadap judul skripsi. naas bukan ? njuk aku kudu piye jal ?

disamping judul, masih ada satu hal lagi yang membuat saya ragu untuk mengajukan judul saya, yaitu saya masih belum bebas teori . masih banyak mata kuliah yang nilainya belum keluar. sudah saya coba urus, tapi belum ada hasil (doakan segera rampung urusannya). gimanapun juga, menulis skripsi sebelum bebas teori itu bagaikan sedang buang air dan tiba2 keluar ikan piranha dari toilet tersebut, mau diteruskan takut, mau berhenti juga sakit. dilema.

tapi, walau bagaimanapun juga, show must go on, skripsi must be done. apapun pilihan kita, lulus kuliah tetap jadi prioritas utama. meskipun kadang kita merasa aneh, kuliah selama 4-5 tahun lamanya, dan kelulusan kita ditentukan dengan sebuah buku berisi tulisan kita yang bernama skripsi. namun jika kita mau melihat lebih dalam, hal ini juga memberi segi positif bagi kita. why ? jika boleh saya uraikan seperti berikut :

  1. memberi kepuasan batin. why ? karena skripsi (yang ideal) itu adalah hasil pemikiran kita, hasil kerja keras kita, dan kita memegang hak cipta yang penuh terhadap karya tersebut, layaknya seorang ilmuwan yang berhasil menemukan penemuan baru.
  2. ajang pembuktian sebagai kaum terpelajar. yaa gimanapun juga kaum terpelajar juga harus menunjukkan eksistensi dirinya di lingkungan masyarakat (ini apa maksudnya ?) yang jelas, penelitian itu sifatnya ilmiah, harus bisa dipertanggung jawabkan dengan fakta-fakta yang ada. itu yang menjadi pembeda dari karya seorang terpelajar dengan yang tidak.
  3. melatih etos kerja. bekerja dalam tekanan, dipatok waktu deadline, patuh pada bimbingan dosen, berbaur dengan objek penelitian, dan semacamnya secara nggak langsung melatih dirimu untuk bisa menjadi orang yang lebih baik. manajemen waktu, SDM, materi, uang, dan semacamnya harus mulai diimplementasikan di kehidupan loe mulai dari ngerjain skripsi. dengan gitu, saat kamu sudah memasuki dunia kerja, kamu udah terbiasa dengan suasana kerja yang sebenarnya.
  4. membahagiakan orang tua. ini fakta yang nggak bisa dipungkiri. finish-nya kita sebagai mahasiswa adalah dimulai dengan finish-nya si skripsi. yah walaupun mereka (sebenarnya) nggak mau tahu isi skripsi elo apaan, tapi yang jelas, wujud dari si skripsi kalo udah ada di depan mata orang tua, itu bisa memberi kesejukan batin bagi mereka. apalagi kalo tu skripsi udah bisa selesai di semester 7-8. mereka bakalan berpikir bahwa mereka tidak salah untuk membiayaimu menjadi mahasiswa.
  5. berfikir kreatif.  saat nanti kalian melakukan penelitian akan terdapat berbagai kendala yang akan kalian temui, mulai dari birokrasi, perijinan, dosen, objek penelitian, data, dan sebagainya. ini kalau dibiarin aja bakalan jadi penghambat skripsi mu. jadi sebisa mungkin kendala itu harus segera diselesaikan. tentu saja untuk ngadepin kendala-kendala itu, ente juga udah dibantu dengan banyak hal, bisa dari dosen, temen, pacar, buku, internet, media massa, dan sebagainya. tapi itu semua tergantung dari kamunya mau memilih jalan yang mana

oke, sebenernya masih banyak menurut saya segi positif dari si skripsi. bisa cari di internet mungkin kalau ada . dan sekali lagi, ini hanya opini saya, persepsi manusia bisa berbeda-beda tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya. disini saya cuma berusaha untuk membuka wawasan tentang si skripsi itu sendiri, masalah nanti skripsi elo kayak apa, gue nggak tau. tapi yang jelas doaku menyertaimu. dan ingat, Tuhan selalu bersama mahasiswa yang rajin mengerjakan skripsi ~

@rizdamfirlo , dengan dunia absurdnya

Merbabu, Titik Balik Kelemahan Anak Manusia, Titik Terang Keagungan Tuhan (5-6 Oktober 2013) Part. II

DINGIN !!! Itu mungkin kata yang terlintas pertama kali di benak saya ketika fajar menyingsing di Merbabu. tebalnya lemak di tubuh ini, dekapan jaket yang kupakai, tidak terasa sama sekali. dingin, benar-benar dingin ! namun apapun itu, selamat pagi wahai manusia !

pagi itu ada yang sedikit berubah. pada awalnya, kami berencana untuk menuju puncak merbabu pada pukul 03.00 pagi. namun dikarenakan dinginnya cuaca, lelahnya tubuh, dan nikmatnya sensasi tidur, akhirnya rencana itu gagal. total. pada pukul 04.30 kami dibangunkan oleh ketua regu kami. walaupun fajar mulai nampak dari kejauhan, namun rasa dingin ini masih setia menyelimuti tubuh kami. dan kamipun bergegas untuk berkumpul di luar tenda untuk melakukan persiapan menuju puncak merbabu.

seperti biasa, semua keperluan menuju puncak (atau bahasa kerennya ‘Summit Attack’) mulai dipersiapkan. barang-barang yang dibawa menuju puncak hanya seperlunya saja, tidak semua. sebagian besar barang-barang yang berat kami tinggal di tenda. karena membawa barang-barang tersebut ke puncak hanya akan menyulitkan perjalanan, dan buang-buang tenaga. sia-sia. akhirnya yang kami bawa hanyalah perbekalan yang cukup, senter, dengan keperluan P3K.

pukul 5.00 semua perlengkapan sudah siap. kamipun berkumpul, melingkar, untuk berdoa bersama sebelum melakukan ‘Summit Attack’. setelah selesai, kamipun langsung bergegas untuk memulai perjalanan menuju puncak Merbabu. Puncak yang akan kami taklukkan pada waktu itu adalah puncak Syarif. sesungguhnya terdapat banyak puncak yang bisa ditaklukkan di Merbabu, namun sepertinya ketua regu kami memutuskan untuk memilih puncak Syarif, mengingat letaknya yang tidak terlalu jauh daripada puncak-puncak lainnya.

Image    Image

Bersiap-Siap Summit Attack !

pada awalnya kami berjalan melewati jalan setapak yang dipenuhi semak belukar di tiap sisinya. hingga tidak lama kemudian ada salah satu rekan kami yang merasa tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, ia pun memutuskan untuk kembali menuju tenda untuk beristirahat. hmmm… sangat disayangkan, tapi tak apalah, itu demi kebaikan dia juga.

perjalanan terus berlangsung, matahari mulai tak malu menampakkan kebesarannya. jalan yang dilalui pun juga masih sama, jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. tak lama kemudian, trek mulai berbeda. jalan setapak mulai mengecil, dan tampak jelas di sebelah kanan kami terdapat jurang yang dalamnya bukan main. seperti yang diucapkan Genta pada film 5 cm, kewaspadaan dan kedisiplinan yang bisa membuat kita selamat menuju puncak.

Image

awas, Jurang !

akhirnya kusadari jika jalur yang kita lewati ini adalah jalur yang sangat jarang digunakan oleh pendaki lainnya. karena sepanjang perjalanan kami tidak menemukan seseorangpun yang melintasi jalur ini. bahkan ketua regu pun sesekali harus berjuang untuk membuka jalur pendakian yang mulai tertutup pepohonan atau semak belukar. “Hmm.. oke, adrenalinku mulai diuji disini”.

Image

Menyusuri Pipa Air

beratnya medan membuat beberapa dari kami kelelahan, hingga akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak saat rasa lelah itu mulai muncul. di sela-sela peristirahatan itu, aku melihat pipa paralon yang menyalurkan air sepanjang jalur yang kami lewati. disamping itu, ketika aku melihat ke samping, di seberang jurang, terdapat gunung yang menjulang tinggi dengan sangat indahnya. hingga membuatku berkhayal tentang bagaimana indahnya pemandangan di puncak merbabu nanti.

lelah mulai hilang, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. trek yang dilalui tidak seberat saat pendakian tadi malam. banyak terdapat jalur landai, bahkan juga turunan, ditambah lagi , karena dipenuhi semak belukar sehingga tidak terdapat debu. “Oke, ini mudah !”, pikirku.

2 jam sudah berlalu. menurut informasi yang saya peroleh di internet, perjalanan dari camp menuju puncak memakan waktu paling lama 3 jam. sehingga aku berfikir perjalanan ini akan segera usai. namun puncak gunung masih saja belum tampak dari pandanganku. ini aneh, seharusnya ini sudah dekat dengan puncak. tapi yang kami lihat hanya semak belukan dan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar kami. dimana kami sebenarnya? bahkan aku sempat bergumam “Ini ketua regunya udah pernah ke puncak merbabu belum sih ? kok nggak sampe-sampe ?”. walaupun hanya bercanda, tapi ini juga mengkhawatirkan. imajinasiku akan puncak gunung merbabu hampir sirna waktu itu.

Image

Nice Scenery

3 JAM BERLALU. masih belum tampak puncak di kejauhan. bahkan ada yang membuatku terkejut di situ. kami harus menaiki trek yang cukup terjal, kurang lebih 75 derajat. sehingga kami harus memanjat layaknya wall climbing. keraguan terlintas di benakku, “Bisa nggak ya?”. rasa pesimis terus permainkan fikiranku. huh. tapi sekali lagi, sudah sejauh ini, tidak ada kata mundur, aku harus terus maju. untaian tangan dan kata teman-temanku semakin meyakinkan diriku bahwa Aku BISA ! oke, akhirnya tiba giliranku memanjat. di atas sudah ada temanku yang menguntaikan tangannya untuk membantuku menaiki trek tersebut. “Dia kuat narik aku nggak ya?”, itu yang terlintas di pikiranku. maklum, berat badanku (sedikit) lebih banyak ketimbang orang-orang normal. namun Subhanallah, aku BISA ! HAHA. puas sekali.

Image

Terjal !

setelah trek ‘jahanam’ itu, masih banyak lagi trek-trek yang menantang. kami harus bergantian untuk menolong lainnya baik dengan menguntaikan tangan, mendorong dari belakang, serta dengan celetukan yang melepaskan gelak tawa :D, dan itu yang kami lakukan 1 jam ke depan. sempat beberapa kali aku menoleh ke belakang, dan aku baru sadar bahwa aku telah berdiri di atas awan! WOW! ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. sensasi melihat ‘samudra’ di atas awan merupakan mukjizat tersendiri bagi saya. betapa indahnya Kuasa Tuhan ~

4 jam berlalu, pemandangan pun mulai berganti. yang tadinya semak-semak dan pohon, berubah menjadi rerumputan yang menjulang tinggi. dan kini sudah nampak jelas dimana sebenarnya Puncak Gunung Merbabu itu berada. kami pun memutuskan untuk melepaskan rasa lelah kami sambil mengabadikan momen dengan sebuah kamera. mata ini seolah tak lelah-lelahnya menikmati indahnya ciptaan Tuhan. subhanallah !

Image

Subhanallah …

setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. tidak lama sampailah kami di sebuah tempat seperti buki kecil. disitu terpampang sebuah plakat yang bertuliskan “Puncak Janagiri”. hmmm… nama itu belum pernah aku dengar sebelumnya. karena memang tempat itu pertama kali ditemukan oleh mahasiswa Univ. Janabadra, sehingga nama “Jana” disematkan disitu.

namun itu bukanlah puncak tertinggi dari Merbabu, di atas puncak masih ada puncak kawan! namun karena rasa lelah masih menggerogoti raga kami, hingga kami memutuskan untuk beristirahat di tempat itu. ada yang makan, ada yang minum, ada yang berfoto ria, ada pula yang buang air kecil (saya). di tempat itu kami membunuh rasa lelah bersama.

Image

Janagiri, yeah !

oke, setelah beristirahat cukup lama, kami mulai untuk melanjutkan perjalanan. tak jauh dari situ, terdapat sebuah tempat yang landai dan cukup luas. di situlah jalan masuk menuju ke puncak Syarif dan Puncak Klentheng Songo. kami berhenti sejenak di situ. ada suatu dilema yang terjadi di situ, yaitu untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, atau untuk turun kembali ke tenda. mengingat waktu itu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. panas dan terik. badanku ini serasa sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan perjalanan. hingga akhirnya aku bersama beberapa teman yang lain memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. namun ada pula yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. hingga kami memutuskan untuk berpisah di tempat itu.

oke, setelah memutuskan untuk turun, kami pun menyusuri jalur yang biasa disebut sebagai “Jembatan Setan”. ngeri ? ya, hanya namanya saja yang ngeri, namun kenyataannya itu hanyalah jalur yang dipenuhi debu di sekitarnya. namun jika kita menengok ke arah kanan, ada sabana yang sangat luas dan indah. sangat indah ! layaknya pemandangan yang ada di negeri dongeng pikirku .

Image

Negeri Dongeng di Merbabu

oke, perjalanan masih berlanjut. sepanjang perjalanan, yang ditemui adalah debu yang berterbangan dimana-mana. masker menjadi atribut yang wajib dipakai jika tidak menginginkan kejadian buruk terjadi pada pernafasan anda. selain itu, sering kali kami bertemu dengan para pendaki lain yang baru saja turun dari puncak merbabu. bertegur sapa kepada mereka memberikan satu sensasi yang luar biasa bagi saya. entah mengapa, yang jelas ada kehangatan dan lecutan semangat dari wajah mereka. menurut saya.

sekitar 45 menit berlalu, setelah berjatuh bangun di menuruni gunung, akhirnya tenda pun telah nampak dari kejauhan. kucepatkan langkahku supaya bisa segera merebahkan badanku di tenda itu untuk melepas segala kelelahan yang saya alami ini. sampai di tenda pun kami segera beristirahat, bersandar, serta membersihkan diri dari semua debu yang menempel pada tubuh ini, sembari menunggu teman lain yang sedang berjuang menuju puncak syarif.

makan. yah, makan. sejak pagi perut ini belum terisi apa-apa. segera kami memasak mie instant yang tersedia di tenda, tak lupa dengan minuman hangat yang menambah nikmatnya waktu itu. tak sadar sudah banyak mie instan yang kami lahap, hingga perut ini tak mampu lagi menampung.

sampah berserakan dimana-mana waktu itu, sehingga kami memutuskan untuk membersihkannya. sampah seperti bungkus mie instant, kopi, roti, dan sebagainya tak luput dari penglihatan kami. kami kumpulkan sampah itu menjadi satu, untuk nantinya bisa dibawa turun ke bawah. karena membuang sampah di gunung merupakan hal yang sangat tidak terpuji.

1 jam sudah kami beristirahat. teman-teman yang baru saja menyelesaikan misi mereka menuju Puncak Syarif pun mulai sampai di tenda. raut wajah kelelahan sangat nampak dari wajah mereka. ya, tentu saja, namanya saja baru melakukan perjalanan menuju puncak gunung. seperti kami, mereka pun segera merebahkan tubuh mereka di sekitar tenda untuk melepas lelah.

saat waktu menunjukkan pukul 15.00, kami memutuskan untuk persiapan pulang. semua sampah yang berserakan dibersihkan dan dikumpulkan, tenda dirubuhkan dan disusun kembali ke dalam tas, matras, sleeping bag juga ikut dirapikan. perbekalan juga disiapkan guna perjalanan pulang, hingga tempat perkemahan itu nampak seperti sedia kala. semua peralatan pun juga disusun kembali ke dalam carrier bag untuk bisa dibawa pulang. hingga akhirnya pukul 16.00 semua barang sudah siap, dan kami pun siap untuk melaksanakan perjalanan pulang.

Image

Bersiap Pulang

setelah berdoa, kami pun langsung bergegas menyusuri kembali jalan yang kami lalui semalam. kami berharap untuk bisa sampai di basecamp bawah tepat saat adzan maghrib menggema, sehingga langkah demi langkah kami percepat. walaupun saat itu adalah salah satu dari kami yang kakinya cedera, yaitu sang ketua regu. namun itu tidak terlalu menghambat perjalanan kami (setidaknya tidak lebih menghambat daripada saya dalam perjalanan naik) dan benar saja, pukul 18.00 kami sudah hampir sampai basecamp. sudah nampak di kejauhan rumah-rumah warga. hingga akhirnya pukul 19.00 saya berhasil menginjakkan kaki kembali di basecamp bawah. ‘Alhamdulillah’, kataku.

setelah beristirahat cukup lama, dan mempersiapkan segala keperluan untuk perjalanan pulang, akhirnya pukul 20.00 kami meluncur dari basecamp untuk kembali ke Jogjakarta tercinta. dengan mata terkantuk-kantuk, malam yang mencekam, serta dingin yang mengancam, kami lalui jalanan Magelang-Jogjakarta. sempat beberapa kali, karena mengantuk, sebagian dari kami berhalusinasi yang macam-macam. bahkan ada moment ketika ku tertidur sejenak saat mengendarai motor. tapi untunglah kami berhasil sampai di kampus tercinta dengan sehat dan selamat. alhamdulillah~

yah, perjalanan mendaki gunung akan membuat Anda lebih mengerti tentang siapa sebenarnya diri Anda. betapa kecil dan lemahnya anda di dunia ini, hanya karunia Tuhan yang membuat Anda masih bisa berdiri dengan tegak di dunia sampai saat ini.

dilarang membunuh apapun kecuali waktu, dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak, dan dilarang mengambil apapun kecuali gambar 😀 ~terima kasih~

cc: Rizal, Sholeh, Hadi, Angga, Budi, Ari, Adit, Galuh, Norma, Berlinda, Nuke, Fasih, Lala, Puspa, Mbak Yulia, Mbak Inayah

oleh-oleh :

ImageSamudera di atas Langit

Image

Mentari Pagi Merbabu

Image

Puncak Syarif

Image

Me, with my bloated face

Merbabu, Titik Balik Kelemahan Anak Manusia, Titik Terang Keagungan Tuhan (5-6 Oktober 2013) Part. I

Naik gunung mungkin merupakan salah satu pengalaman yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Begitu banyak pikiran-pikiran negatif yang merasuki pikiran, mulai dari kelelahan yang luar biasa, takut hilang di gunung, takut cedera, dan sebagainya. Hingga membuay saya enggan untuk mencobanya. Tapi suatu ketika, dalam sebuah forum kecil pasca kegiatan PPL ada suatu waktu dimana saya diberi kesempatan untuk mencobanya. dengan berbagai pikiran buruk di dalam otak, hati saya berkata, “Oke, ayo kita berangkat !”. satu kalimat itu cukup menghapuskan semua keraguanku tentang keinginan untuk naik gunung.

Sabtu, 5 Oktober 2013

akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. pukul 9.30 saya dan teman saya dengan penuh rasa semangat pergi berangkat menuju kampus untuk berkumpul bersama teman-teman seperjuangan. ternyata cukup banyak teman yang ikut, total yang berangkat adalah 17 orang (9 perempuan, 8 pria). “Hmm… Ini bakal seru pasti !”, itu yang ada di benak saya ketika bertemu teman-teman yang lain.

Baik, setelah semua peralatan sudah siap, akhirnya pukul 14.00 kita berangkat menuju ke jalur pendakian merbabu. Itu adalah untuk pertama kalinya saya berkendara motor sendiri dengan jarak yang cukup jauh. Selama perjalanan saya hanya ditemani sebuah carrier bag yang beratnya mungkin hampir sama dengan berat badan saya 7 tahun yang lalu. “Berat !”. dan akhirnya sampailah kita ke pos I atau basecamp pendakian gunung merbabu. waktu saat itu menunjukkan pukul 16.00, dan segera kami menuju masjid terdekat untuk melaksanakan shalat ashar berjama’ah, dan dilankutkan makan siang-malam.

ImageBersiap Mendaki !

setelah selesai, kami bersiap-siap untuk memulai pendakian. jalur yang kami lewati adalah jalur Wekas. menurut informasi dari internet, jalur ini merupakan jalur tercepat dan terdekat menuju merbabu, walaupun bukan yang termudah. setelah selesai berdoa bersama, akhirnya kita mulai pendakian. jalur pendakian dimulai dengan melewati jalanan perkampungan warga yang berlandaskan semen namun tetap menanjak. 45 menit berlalu, kabar buruk pun terjadi. kakiku terasa sudah seperti lepas dari sendinya, karena tak kuat harus terus menyusuri jalan yang menanjak itu. ditambah lagi kurangnya persiapan fisik sebelum mendaki. terlintas di pikiranku untuk menyerah, kembali turun ke bawah, dan bermalam di sana. namun teman-teman tetap memberi saya support untuk terus jalan “ayoo, iso wes iso ! Igor Saykoji wae iso tekan Mahameru kok, moso’ kowe raiso ? semangat buoss !” (Ayo, bisa deh bisa ! Igor Saykoji aja kuat sampe Mahameru, masa kamu nggak bisa ? semangat !). kata-kata itu memang diucapkan untuk melecut semangatku, tapi entah kenapa nggak pengaruh sama raga ini. berulang-ulang kali aku berujar pada teman-teman saya “piye yo?”. mungkin jika dihitung sudah ratusan kali ku mengucapkan kata-kata itu. hingga mungkin teman-temanku berpikiran bahwa aku mulai kehilangan kesadaranku “HAHADUH!”. dengan keterbatasanku, pendakian ini berjalan sangat lambat. sebentar saja aku berjalan, aku meminta untuk berhenti. hingga rasa bersalahku memuncak pada waktu itu. padahal waktu itu hari mulai gelap, semakin lama kita berjalan, maka semakin larut pula kita sampai di Pos selanjutnya.

jalan setapak yang dilalui dikelilingi oleh pepohonan dan semak belukar yang tumbuh subur. debu yang tak nampak(karena gelap) juga menjadi kendala bagi kami. sekian lama berjalan, badan ini mulai terbiasa dengan medan yang dilalui. semua kata-kata pelecut semangat dari teman-teman juga memberi dampak bagi tubuhku yang lemah ini. halah!. beberapa jam berjalan, pos 2 sudah semakin dekat. namun kendala kembali terjadi. akibat minimnya pemanasan, kakiku sering mengalami kram. sehingga saat kambuh, perjalanan harus dihentikan sementara. ketua regu menginstruksikan supaya menggunakan koyo, namun dinginnya malam membuat koyo yang menempel itu hanya bagaikan isolasi biasa semata yang tak terasa khasiatnya walaupun ada.

Perjalanan terus berlalu, hingga akhirnya terdengar sayup-sayup suara keramaian dari kejauhan. “ah, ini sudah dekat” pikirku. ribuan bayangan tentang suasanya camping di gunung langsung terlintas di pikiranku. rasa sakit yang kuderita selama perjalanan pun semakin lama semakin memudar seiring berjalannya waktu. hingga akhirnya pukul 22.00 sampailah kita di pos 2, yaitu tempat yang biasa digunakan sebagai tempat camping bagi para pendaki. begitu tiba, yang ku lakukan adalah sujud syukur, dan kujabat semua tangan rekan-rekan sepejuanganku, dengan maksud berterima kasih atas bantuan moralnya.

tiba di pos 2 kami disambut dengan angin gunung yang dinginnya menusuk hingga tulang. tak pernah kurasakan dingin seperti ini sebelumnya. jaket, sarung tangan, syal, kaos kaki merupakan atribut yang WAJIB digunakan kala itu mengingat dinginnya malam itu. namun kami tidak bisa langsung bersantai-santai saja, kami harus membangun tenda yang nantinya akan jadi tempat kami bermalam. bayangkan, mendirikan tenda, di atas gunung, di malam yang gelap, diterpa angin yang kencang, dan diserbu oleh dinginnya merbabu. sangat melelahkan dan menyusahkan ! tapi disitulah kami bisa “menikmati” suasana gunung yang sebenarnya.

malam semakin larut, angin masih bertiup dengan kencangnya, dingin masih menyerang dengan brutalnya, dan tenda masih tampak rata dengan tanah. banyaknya pendaki pemula yang memiliki keterbatasan kemampuan membangun tenda ikut menghambat pendirian tenda malam itu. hingga akhirnya 2 dari 4 tenda selesai dibangun, dan di saat yang sama ada salah satu rekan kami yang kedinginan hebat. hingga kami memutuskan untuk mengungsikannya ke dalam tenda supaya lebih hangat, dan mulai untuk membuat api unggun. kencangnya angin juga ikut menghambat tersulutnya api unggun, hingga memakan waktu lebih dari 1 jam untuk menyaksikan kehangatan pelukan sang api.

api sudah menyala, tenda sudah berdiri dengan tegaknya, dan jiwa ini sudah merintih kelelahan, akhirnya kami keluarkan semua bekal yang kami bawa untuk kami nikmati bersama. seperti biasa, mi rebus menjadi ‘primadona’ malam itu bersama minuman hangat. hingga kami habiskan malam itu dengan menyantap hidangan ‘khas’ gunung dan bercanda ria, serta tak lupa tiupan angin gunung yang ‘MENYEJUKKAN’.

ImageTawa dibalik dinginnya malam~

waktu berlalu, hingga api unggun yang begitu perkasa sudah mulai menua, hingga kami putuskan untuk beristirahat guna melepas lelah dari perjalanan panjang dari Yogyakarta di dalam tenda yang masih kokoh berdiri. Istirahat yang cukup menjadi bekal yang vital bagi kami karena pada keesokan harinya kami berencana untuk menuju puncak merbabu pada pukul 03.00. dan… selamat malam, teman-teman~

….. bersambung ke Part. II