Membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian baru (domisili Bantul)

Salam Sarjana, Hidup Jobseeker!!

Para pencari kerja pasti sudah sangat tidak asing lagi dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias SKCK. Berkas ini biasanya menjadi syarat bagi seseorang untuk melamar kerja, ataupun administrasi saat sudah diterima kerja. Surat ini pada dasarnya bermaksud untuk menyatakan bahwa kita itu adalah orang baik-baik, lucu, imut, ramah, dan suka menolong; dalam artian kita belum pernah tersandung masalah hukum. Kalo dibahasa-inggriskan mungkin maksudnya to prove the innocence of ourselves. Lalu siapa yang menerbitkan SKCK? Sesuai namanya, karena ini adalah hasil keterangan dari kepolisian, sehingga yang menerbitkan surat ini adalah pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum di Indonesia.

Untuk membuat surat ini, bisa dibilang susah-susah gampang, panas-panas dingin, juga kembang-kembang kempis, tergantung cuaca, kondisi, serta suasana hati. Saya mencoba membagi pengalaman saya dalam mengurus dan membuat SKCK, khususnya bagi teman-teman yang berdomisili di Bantul, DIY. Sebenarnya secara umum untuk prosedur kurang lebih sama untuk di setiap daerah, hanya mungkin ada sedikit tambahan atau aturan lain yang berlaku di daerah lain. Berikut merupakan langkah-langkah mengurus SKCK versi saya:

  1. Meminta surat pengantar dari RT, yang ditandatangani oleh Ketua atau Sekretaris RT tempat tinggal anda. Jangan lupa minta cap!
  2. Setelah ditandatangani dan di-cap, bawa surat pengantar tersebut ke Kepala Desa/Dukuh untuk ditandatangani/dicap. (Di wilayah bantul sistem RW dihapuskan, sehingga setelah mendapat pengantar RT bisa langsung dibawa ke Kepala Desa/Dukuh. Bagi tempat yang masih terdapat RW-nya, surat pengantar RT bisa dibawa ke ketua RW dahulu sebelum ke kepala desa/dukuh)
  3. Setalah dapat tanda tangan & cap dari Pak RT dan Pak Dukuh, surat pengantar tersebut dibawa ke Kantor Kelurahan. Di kantor kelurahan ini, untuk mengurus SKCK dibutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pengalaman saya kemarin, semua syarat ini harus dibawa, kalau tidak lengkap maka pembuatan surat pengantar SKCK tidak bisa dipenuhi. Kalau syarat sudah terpenuhi, nanti kita akan diberikan sebuah surat pengantar SKCK yang digunakan untuk membuat Surat Rekomendasi dari Polsek. Dalam pembuatan surat pengantar dari kelurahan ini (kebetulan kelurahan saya di Banguntapan) dikenai biaya administrasi Rp. 5.000. Surat pengantar yang sudah dibuat lalu ditandatangani oleh pak Lurah, dan di cap. Berikut Syarat yang harus dipersiapkan:
    1. Fotocopy KTP 2 lbr
    2. Fotocopy KK/C1 2 lbr
    3. Fotocopy Akte Kelahiran 2 lbr
    4. Surat pengantar dari RT [Berkas no. A-C akan dikembalikan beserta Surat Pengantar dari Kelurahan untuk diurus ke Kecamatan, Polsek, hingga Polres]
  4. Setelah mendapat surat pengantar dari kelurahan, selanjutnya berkas-berkas tersebut dibawa ke Kantor Kecamatan untuk ditandatangani oleh Pak/Bu Camat atau yang mewakili. Di kecamatan saya (Banguntapan) setelah mendapatkan tanda tangan dari Pak/Bu Camat kita dikenai biaya administrasi seikhlasnya. Saya kemarin nyemplungin Rp. 5.000
  5. Habis ditandatangani Pak/Bu Camat, Surat pengantar tersebut selanjutnya di-fotokopi sekali saja. Setelah difotokopi, berkas-berkas tersebut dibawa ke Polsek untuk membuat Surat Rekomendasi SKCK. Siapkan 2 Lembar Pas Foto Ukuran 4×6 dengan warna Background Merah. Biaya administrasi pembuatan surat rekomendasi di Polsek adalah sebesar Rp. 10.000. Jika syarat sudah lengkap maka akan diberikan surat rekomendasi pembuatan SKCK untuk selanjutnya dibawa ke Polres Bantul.
  6. Finally, langkah final pembuatan SKCK pun dimulai. Surat Rekomendasi dari Polsek beserta berkas-berkas di atas selanjutnya dibawa ke Polres Bantul untuk diterbitkan SKCK kita. Tempat pengurusan SKCK ada di dalam gedung, sebelah selatan, dekat dengan tempat pengurusan SIM. Kalau dari pintu masuk utara (dekat parkiran) kita jalan lurus aja menyusuri lorong, nanti di sebelah kanan ada neon box besar berwarna merah bertuliskan “SKCK”. Namun sebelum ke loket penerbitan SKCK, kita perlu mendapatkan rumus sidik jari terlebih dahulu. Tempatnya persis di sebelah selatan Loket SKCK setelah pintu. Berkas-berkas yang kita bawa diserahkan ke bagian perumusan sidik jari dengan disertai 2 Lembar Pas Foto Ukuran 4×6 dengan warna Background Merah lagi, lalu kita akan mendapat sebuah blangko untuk diisi sesuai contoh yang tersedia. Jika sudah selesai, akan ada petugas yang merekam (menge-cap) sidik jari kita, mulai dari kelingking tangan kiri sampai kelingking tangan kanan. Setelah didapat rumus sidik jari, lalu menuju loket SKCK untuk mengisi daftar pertanyaan dan lembar TiK. Jika sudah terisi semua, Lembar pertanyaan, TiK, beserta berkas-berkas yang kita bawa sebelumnya lalu dikumpulkan ke Loket 1 SKCK, ditambah dengan  4 Lembar Pas Foto Ukuran 4×6 dengan warna Background Merah lagi, dan biaya administrasi sebesar Rp. 10.000,-. Ditunggu sebentar, kurang lebih 15 menit (kalau tidak antri) maka jadilah Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) kita yang baru. yeey!! Last but not least, untuk jaga-jaga SKCK silahkan difotokopi sekalian dilegalisir saja. Tempatnya ada di sebelah utara tangga.

IMG_20150326_131236

dudung~

Wisata Air Asin(?) ke Pacitan: Goes to Pantai Banyu Tibo

Weekend, valentine, selo, nganggur, ada massa, kondisi ideal buat capcuss travelling 😀

Masih dalam edisi pengangguran menanti Wisuda, sekali lagi ada niatan jahat dalam tubuh kami untuk membawa raga ini melihat dunia di luar sana yang belum pernah terjamah oleh tangan-tangan dusta kami ini di Bulan Februari ini. Karena bulan-bulan februari masih masuk dalam musim hujan, sehingga destinasi berupa gunung dan perbukitan kami tinggalkan sejenak, sebagai gantinya kami memutuskan untuk memilih destinasi wisata air asin atau nama kerennya: Pantai.

Berawal dari ajakan salah satu Sesepuh kelas kami, untuk main ke pantai di daerah Pacitan. Bukan pantai Klayar yang sudah nge-hitz maksimum, melainkan Pantai Banyu Tibo yang ternyata letaknya juga tidak jauh dari pantai Klayar. Nama pantai yang cukup asing di telinga saya, baru sekali ini saya dengar. Karena setahu saya Banyu Tibo itu adalah nama salah satu curug yang ada di Bantul yang juga lagi nge-hits maksimum. Tapi ternyata daerah tetangga juga punya pantai yang namanya sama, Banyu Tibo.

IMG_20150214_144315

Pantai Banyu Tibo, Pacitan

Tidak seperti biasanya, untuk perjalanan kali ini kita disponsori oleh Totoya (merk mobil) punya Ropik yang akan mengantarkan kita dari Jogja menuju Pacitan yang nun jauh disana. Sehingga kenyamanan dan kesejukan kita bisa dijamin selama perjalanan (kecuali supirnya).

DSC_0931

Kendaraan perang, siaap

Berangkatlah kami dari Jogja sekitar pukul 10 Pagi (rencana awal Jam 8, molor 120 Menit). Estimasi waktu perjalanan adalah sekitar 3-4 Jam. dengan jarak kurang lebih 90 KM (google maps). Rombongan kali ini cuma 8 Orang, adalah Ropik (supir) dan adiknya, Ibnu , Dewi, Yuli, Isna, Ali, dan Saya. Dari ke-8 orang ini sama sekali belum ada yang pernah ke pantai Banyu Tibo, sehingga kami hanya bisa mengandalkan HP ber-GPS, penduduk, dan restu dari Yang Maha Kuasa. Sedangkan rute yang diambil adalah melalui Jalan Wonosari bablas ngetan mentok Pacitan. Fix.

JOGJA BT

Jalur Menuju Destinasi

Sekitar pukul 2 siang, sampailah kita di Pantai Banyu Tibo. FYI, untuk sampai ke pantai ini jalannya tidaklah mudah. Setelah bayar retribusi, kita akan dihadapkan dengan jalanan berbatu nan berkelok. Pengalaman dibutuhkan bagi anda yang melewati jalanan ini, khususnya untuk yang membawa mobil. sekitar 20 menit berlalu, akhirnya sampailah kita di Pantai Banyu Tibo, Pacitan!!

DSC_0602

Tampak Depan: Sungai kecil yang mengalir menuju sungai

Seperti namanya, Banyu Tibo yang artinya Air Jatuh, ternyata di pantai ini terdapat air terjun kecil, yang airnya berasal dari sungai yang mengalir menuju pantai. Sehingga terjawab sudah misteri mengapa dinamakan pantai Banyu Tibo. Pantai seperti ini mengingatkan saya pada salah satu pantai di Gunung Kidul yang juga memiliki air terjun, yaitu Pantai Jogan. Lalu apa bedanya? bedanya, kalau Pantai Jogan itu di Jogja, lah kalo pantai Banyu Tibo itu di Pacitan, FIX!

DSC_0601

Banyu Tibo (Air yang Terjatuh) tampak kanan

DSC_0604

IMG_20150214_145540

Tampak kiri

Di sekitar pantai ini juga terdapat bukit-bukit kecil yang kehijauan, karena ditumbuhi rumput dan semak belukar. Tampak begitu segar pokoknya. Selain itu, walaupun di bibir pantai terdapat air terjun, ternyata juga ada pasir yang bisa menjadi tempat keceh atau bermain air. Namun untuk turun ke pasir kita harus memilih waktu yang tepat, dimana air laut belum pasang. Karena saat pasang, pasir tersebut tidak akan terlihat, karena digenangi air laut. Unfortunately, kita datang di saat yang tidak tepat. Kita datang saat air laut sedang pasang, sehingga kegiatan keceh-keceh tidak memungkinkan untuk dilakukan. Sebagai tambahan, untuk dapat turun ke pasir, ada harga yang perlu dibayar untuk biaya peminjaman tangga, seikhlasnya saja. Sedangkan untuk kamar mandi, warung makan, Mushola, tempat parkir semuanya ada, dan insya Alloh nyaman. Jangan panik, mari piknik, selamat Bercapcus ria!

DSC_0636

DSC_0635

Ombak besar, menerjang

IMG_20150214_144211

IMG_20150214_144634

Pemandangan di Sebelah Kiri Pantai, Maldives sebelas-duabelas

DSC_0795

Karena ombak sedang tidak bersahabat, kita hanya “nyemplung” di pinggiran air terjun, sesekali melihat ke arah ombak

DSC_0801

mencari….

DSC_0774

Konferensi Pipi Bundar

DSC_0629

Duduk selo di pinggir pantai

DSC_0625

merenung(?) part. I (Model: Ali)

DSC_0707

merenung(?) part. II (model: Isna)

DSC_0703

Jangan fokus ke mukanya (Model: Ibnu)

DSC_0684

peace… damai… (Model: Dewi)

DSC_0760

(Model: Yuli)

DSC_0857

(Model: Saya)

DSC_0877 DSC_0875

Laskar PengANGGUR(?)

DSC_0814

Squad Dolan Kere edisi ke-sekian

DSC_0918

Something wrong with the tire: Ban kempes sebelum beranjak pergi dari pantai

DSC_0924

Pahlawan kita (Model: Ropik)

Woh.. Kudu mampir neng Pantai Wohkudu!! (Wah.. Harus Mampir ke Pantai Wohkudu)

Sekedar mendeskripsikan kondisi kami saat itu:

  • (menjelang) Tanggal  tua
  • Mayoritas (masih) pengangguran
  • Banyak teman yang masih fokus skripsi

Sekali lagi tercetus ide gila untuk membunuh rasa jenuh yang meliputi para pengangguran ini. Memang sesekali kita suka merencanakan suatu yang tiba-tiba dan serba mendadak. Bukan karena kami yang ceroboh yang nggak mau repot, hanya saja memang keadaan yang seperti ini, dan biasanya perjalanan yang serba mendadak biasanya malah lebih berhasil dan berkesan daripada yang udah DIPLANNING MATENG-MATENG TAPI ENDING-NYA CUMA PHP! nyesek!

Biasanya sih akhir-akhir ini kalau ada waktu senggang, kita cari tujuan yang (katanya) posisinya sedikit lebih dekat dengan Yang Di Atas (baca: gunung). Tapi karena ini masih musim hujan, kita memutuskan untuk mencari tujuan yang menjadi patokan atau titik nol dari ketinggian gunung, tujuan itu bernama PANTAI. Berangkatlah kita ber-lima: Saya, Ibun, Ropik, Awan, dan Dewi. Kami pun menyebut dolan kali ini sebagai Dolan Kere! uhuy..

Cukup enggan untuk mengunjungi pantai yang jauh2 di pojok timur atau barat, juga sudah bosen dengan pantai-pantai di Bantul, akhirnya kami memilih destinasi pantai yang berada di tengah tur rodo ngetan sithik(?). Tidak terlalu jauh, juga mencoba suasana baru. Pas!

Adalah sebuah pantai yang berada di daerah Panggang Gunungkidul, sebuah pantai cukup mungil yang cukup berbeda dari pantai-pantai khar daerah wetan lainnya, ialah Pantai Wohkudu. Kenapa unik? Karena dari gambar-gambar yang ditemui di internet, pantai ini seolah-olah dijepit(?) oleh dua buah bukit. Jadi terkesan nyempil, tur apik. Keunikan lainnya, walaupun panas tapi pantai ini terlihat cukup hijau. Tidak jauh dari pesisir, terdapat rumput yang cukup luas, yang kalau buat sholat ‘id bisa buat warga 2 RW.

32443867

sumber: Google.com

Pantai ini waktu itu masih belum dikomersilkan, jadi masih dikelola sama warga sekitar yang mayoritas penduduknya petani dan peternak. Belum ada biaya retribusi, cukup membayar untuk jasa penitipan motor yang juga dikelola oleh warga sekitar. Tidak ada patokan biaya, seikhlasnya saja yang penting pantas. Satu hal lagi, pantai ini masih tersembunyi, masih nyungsep. Kita nggak bakal tahu jalan masuknya kalau tidak dikasih tahu sama warga sekitar yang menjaga motor. Tidak ada papan arah, tidak ada gapura, tidak ada plang. Hanya ada angin, bebatuan, dan pepohonan semata. Satu hal yang pasti, jalan utama masuk ke pantai ini sama seperti menuju ke pantai Kesirat. Tapi sebelum sampai di Pantai Kesirat, akan ada sebuah pondok kecil di kiri jalan yang digunakan sbagai tempat penitipan sepeda motor pengunjung Pantai Wohkudu. Disitu pula akses jalan masuk menuju dunia baru, Pantai Wohkudu!

Untuk bisa sampai ke pesisir, kita perlu jalan kaki menuruni bukit dan bebatuan. Enggak terlalu lama sih, hanya sekitar 15 menit. Tapi memang ini yang asyik dan menantang. Siapin sendal atau sepatu yang tidak licin dan anti slip, seperti sandal gunung contohnya (hanya saran). Karena emang agak merepotkan jalurnya. Hindari penggunaan sepatu-sepatu khusus seperti sepatu futsal, sepatu safety, juga sepatu mahal yang belinya di Amplaz. Eman2 Sepatu dan sikilmu.

DSC_0148

Pantainya Kelihatan

Untitled

Tempat parkir sekaligus pintu masuk

DSC_0154

DSC_0159

Turun Bukit

DSC_0164

Fotografer nyungsep (Ibnu a.k.a Ibun)

Karakteristik pantai ini cukup kecil, tidak terlalu luas. Di kedua sisinya ada batuan karang besar yang bisa dipakai buat tempat berteduh, jadi jangan takut gosong kalau main kesini. Dijamin sejuk, maknyuss. Di bibir pantai masih dipenuhi batuan karang yang tersebar kemana-mana, jadi kalaupun mauh keceh-keceh harus hati-hati dan selektif pilih tempatnya. Kalau asal injek, bisa ketujlep atau kegesek batu karang. Perih!

DSC_0210

Backview Wohkudu

DSC_0203

Batu karang, yang memecah ombak masih berdiri dengan kokohnya. Seperti rasa sayangku padamu, yang tak akan runtuh walau diterpa badai

DSC_0240

Airnya bening, sebening kasihku padamu

DSC_0040

Jangan kotori pasir ini dengan sampah

DSC_0268

Cerah, sempurna!


NARSIS TIME

DSC_0180

Fokus ke background-nya saja. Nice!

DSC_0167

Hampir Sampai

DSC_0178

DSC_0050

Fotografer dan Modelnya

DSC_0188

Bidik, Fokus, Shoot!

DSC_0037

Semua mata tertuju pada…. tongsismu

DSC_0031

Dugong pegang kamera

DSC_0019

Endorse tongsis

DSC_0300

Full Squad (kiri ke kanan): Me, Dewi, Ibun, Awan, Ropik

untuk ancer-ancernya, anda sekalian para pembaca tidak perlu bingung. Karena tuhan telah menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya. Ada banyak manusia yang bisa ditanyai (termasuk saya). Selain itu, kita juga perlu bersyukur, karena Tuhan menganugerahkan kepada manusia dua hal, yaitu Hawa Nafsu dan Akal Pikiran. Dari Akal Pikiran Manusia tersebut dibuatlah berbagai macam perlengkapan yang bisa membantu manusia melakukan pekerjaan sehari-hari. Perlengkapan yang mungkin bisa membantu untuk menuju pantai ini adalah GPS. Tinggal pilih menu Navigation, tulis ‘Pantai Wohudu’ (di GPS tulisannya Pantai Wohudu, mungkin dulu yang bikin koordinatnya typo) tinggal ikutin deh jalurnya. Pastikan GPS berfungsi dengan benar dan akurat. Kalo gampangnya, lewat Jalan Imogiri Timur (terminal giwangan ke selatan) mentok sampai Pertigaan Dlingo belok ke kanan, sekitar 50m belok kiri ke arah Jalan Siluk-Panggang. Ikuti Jalan, ketermu Perempatan ikuti arah menuju Pantai Gesing (Lurus), ada pertigaan Pohon Beringin belok Kiri, ada masjid di kanan jalan masuk ke kanan. Ikuti Jalan sampai ketemu pondok kecil. Jalan masuk di sebelah kiri. Selamat Berlibur!

*tambahan

Kalau hari masih cerah dan masih punya banyak waktu, coba mampir ke pantai Kesirat buat numpang foto. View-nya bagus, serasa di Lombok (padahal blum pernah ke Lombok)

IMG_20150118_115931

IMG_20150118_115949